Tidak dapat disangkal bahwa kita di saat-saat tertentu akan mengingat
hal-hal yang sudah lama berlalu. Dan pada saat ini, enam bulan sejak
terakhir kali saya menjadi seorang siswa SMAN 3
Salatiga, dan beberapa bulan setelah saya menyatakan diri sebagai
pengangguran, saya berada tepat di saat-saat itu. Ketika duduk bersantai
menikmati sore hari di teras rumah, atau sekadar berjalan-jalan tak
tentu arah di sebuah hari yang cerah.
Tulisan saya kali inipun merupakan sebuah reaksi dari sms seorang kawan
tentang masa-masa yang kami lewati bersama. Jalan-jalan yang pernah kami
lalui ketika pelajaran olahraga dulu, yang kini tampak lebih bersih.
Tentang segerombolan remaja aneh dan sok-sokan yang pernah mendapat
juara 3 lomba paduan suara antar kelas. Ya, dan di dalam gerombolan itu
ada saya.
Di antara banyak sekali kisah dan kenangan. Dari hal yang menyenangkan
hingga memuakkan serta membuat sakit perut, ada beberapa yang ingin saya
tuliskan.
Seseorang pernah mengatakan bahwa saya memiliki fase yang kontras dalam
pergaulan di masa SMA dulu, dan saya menyadari hal itu. Pada waktu duduk
di kelas 10 misalnya, saya menjadi bagian dari remaja-remaja sok keren
dan agak nakal yang senang berjalan bergerombol layaknya sebuah genk
setiap kali ke kantin. Anak-anak yang bajunya selalu dikeluarkan dan
suka nongkrong di depan sekolah setiap jam pelajaran selesai. Dan anak-anak yang suka bolos ekstrakuriluler pramuka.
Yang saya tak habis pikir adalah ketika mendapat
predikat buruk dari para guru, ekspresi yang kami tunjukkan adalah
sebuah kebanggaan...Yah, masa-masa itu...
Dan ketika saya menginjak kelas 11 hingga 12, hal-hal
menjadi berbeda. Saya terdampar di kelas IPA, di dalam sebuah kelas
berpopulasi 40 jiwa yang di dalamnya hanya ada 7 orang laki-laki. Pada
awalnya saya masih menjadi seorang yang berdiri di dua fase, orde lama
dan orde baru. Namun lambat laun semuanya pun berubah.
Kelas IPA yang satu ini agak berbeda memang. Mereka
bukanlah anak-anak kutu buku, tapi mereka cerdas -kecuali saya. Mereka
adalah orang-orang biasa yang selalu membuat hal-hal menjadi luar biasa.
Dan dari sini saya mulai mengenal hal-hal yang aneh dan menjadi cukup aneh.
Dari sini pula, di akhir tahun masa SMA itu saya mulai mengenal dekat
dengan beberapa manusia yang lebih aneh. Hingga saat ini kami masih
sering bertemu, walaupun kami telah hidup di dunia kami yang baru, kami
masih suka bermain bersama, main kartu, naik gunung dan melakukan banyak
hal..
Bersama mereka, sebuah sudut sekolah yang kusam menjadi
beberapa potong kenangan yang menarik. Di antara tembok-tembok yang
memudar warnanya, ada tawa lepas kami. Ada banyak cerita dari
pohon-pohon yang tumbuh di lingkungan sekolah kami. Ketika di sisi lain
kota Salatiga remaja seusia kami menghabiskan hari-harinya bersama
pasangan mereka, ada sekelompok anak remaja di usia yang sama yang
menghabiskan harinya di sebuah sudut sekolah dan hanya duduk mengobrol,
bermain kartu, bermain monopoli, membaca buku dan bermimpi tentang
petualangan mereka atau sekedar melakukan hal-hal yang tidak berguna
lainnya. Anak-anak hujan. Para pemakan jambu dan kedondong. Orang-orang yang senang membuat jalannya sendiri.
Yah kawan, saya jadi agak enggan untuk mendengarkan
Rage Against The Machine atau Motor Head dan menghentak-hentakkan
kepala. Di saat-saat seperti ini saya menjadi orang yang cukup
melankolis dan alunan lembut Kenny G terasa lebih tepat untuk menikmati
kenangan masa-masa itu. Walaupun di dalam setiap kenangan dan setiap
hal-hal yang baik terselip kekecewaan dan penyesalan. Namun
bagaimanapun, masa lalu adalah bagian dari masa depan setiap orang dan
tidak semua hal baik yang terjadi saat ini berawal dari hal indah dan
sempurna..