Sabtu, November 26, 2011

MINUTES TO REMEMBER

Tidak dapat disangkal bahwa kita di saat-saat tertentu akan mengingat hal-hal yang sudah lama berlalu. Dan pada saat ini, enam bulan sejak terakhir kali saya menjadi seorang siswa SMAN 3 Salatiga, dan beberapa bulan setelah saya menyatakan diri sebagai pengangguran, saya berada tepat di saat-saat itu. Ketika duduk bersantai menikmati sore hari di teras rumah, atau sekadar berjalan-jalan tak tentu arah di sebuah hari yang cerah.

Tulisan saya kali inipun merupakan sebuah reaksi dari sms seorang kawan tentang masa-masa yang kami lewati bersama. Jalan-jalan yang pernah kami lalui ketika pelajaran olahraga dulu, yang kini tampak lebih bersih. Tentang segerombolan remaja aneh dan sok-sokan yang pernah mendapat juara 3 lomba paduan suara antar kelas. Ya, dan di dalam gerombolan itu ada saya.

Di antara banyak sekali kisah dan kenangan. Dari hal yang menyenangkan hingga memuakkan serta membuat sakit perut, ada beberapa yang ingin saya tuliskan.
Seseorang pernah mengatakan bahwa saya memiliki fase yang kontras dalam pergaulan di masa SMA dulu, dan saya menyadari hal itu. Pada waktu duduk di kelas 10 misalnya, saya menjadi bagian dari remaja-remaja sok keren dan agak nakal yang senang berjalan bergerombol layaknya sebuah genk setiap kali ke kantin. Anak-anak yang bajunya selalu dikeluarkan dan suka nongkrong di depan sekolah setiap jam pelajaran selesai. Dan anak-anak yang suka bolos ekstrakuriluler pramuka. 
Yang saya tak habis pikir adalah ketika mendapat predikat buruk dari para guru, ekspresi yang kami tunjukkan adalah sebuah kebanggaan...Yah, masa-masa itu...
Dan ketika saya menginjak kelas 11 hingga 12, hal-hal menjadi berbeda. Saya terdampar di kelas IPA, di dalam sebuah kelas berpopulasi 40 jiwa yang di dalamnya hanya ada 7 orang laki-laki. Pada awalnya saya masih menjadi seorang yang berdiri di dua fase, orde lama dan orde baru. Namun lambat laun semuanya pun berubah. 

Kelas IPA yang satu ini agak berbeda memang. Mereka bukanlah anak-anak kutu buku, tapi mereka cerdas -kecuali saya. Mereka adalah orang-orang biasa yang selalu membuat hal-hal menjadi luar biasa. Dan dari sini saya mulai mengenal hal-hal yang aneh dan menjadi cukup aneh. Dari sini pula, di akhir tahun masa SMA itu saya mulai mengenal dekat dengan beberapa manusia yang lebih aneh. Hingga saat ini kami masih sering bertemu, walaupun kami telah hidup di dunia kami yang baru, kami masih suka bermain bersama, main kartu, naik gunung dan melakukan banyak hal..
Bersama mereka, sebuah sudut sekolah yang kusam menjadi beberapa potong kenangan yang menarik. Di antara tembok-tembok yang memudar warnanya, ada tawa lepas kami. Ada banyak cerita dari pohon-pohon yang tumbuh di lingkungan sekolah kami. Ketika di sisi lain kota Salatiga remaja seusia kami menghabiskan hari-harinya bersama pasangan mereka, ada sekelompok anak remaja di usia yang sama yang menghabiskan harinya di sebuah sudut sekolah dan hanya duduk mengobrol, bermain kartu, bermain monopoli, membaca buku dan bermimpi tentang petualangan mereka atau sekedar melakukan hal-hal yang tidak berguna lainnya. Anak-anak hujan. Para pemakan jambu dan kedondong. Orang-orang yang senang membuat jalannya sendiri.

Yah kawan, saya jadi agak enggan untuk mendengarkan Rage Against The Machine atau Motor Head dan menghentak-hentakkan kepala. Di saat-saat seperti ini saya menjadi orang yang cukup melankolis dan alunan lembut Kenny G terasa lebih tepat untuk menikmati kenangan masa-masa itu. Walaupun di dalam setiap kenangan dan setiap hal-hal yang baik terselip kekecewaan dan penyesalan. Namun bagaimanapun, masa lalu adalah bagian dari masa depan setiap orang dan tidak semua hal baik yang terjadi saat ini berawal dari hal indah dan sempurna..