Rabu, Desember 31, 2014

Cerita Desember

Ini sekali lagi merupakan cerita tentang Desember. Bulan yang membuat perasaan haru begitu mudah timbul di hati beberapa orang. Bulan penghabisan yang akan membawa banyak sekali kenangan di tengah-tengahnya. Ia akan benar-benar menyisakan rasa takjub saat mengulang-ulang kisah tentang Gie, yang lahir dan kemudian mati di bulan ini, juga menyisakan keriangan Natal, bersamaan dengan cerita kawan-kawan fakultas saat menghias kantor fakultas kami dengan pernak-pernik Natal (yang dengan sedih saya rindukan), kebersamaan yang hangat yang jarang saya dapatkan sepanjang tahun-tahun kami bersama. Ia juga menjadi saksi cerita petualangan yang akan berlanjut pada kisah-kisah manis tentang sepasang anak muda yang menemukan keresahan hati mereka di puncak-puncak gunung. Serta masih banyak lagi kisah bersama kawan-kawan lain yang telah belakangan ini menemani saya bermain dan melakukan segala aktivitas. Ia sungguh akan berakhir sebagai bulan yang ajaib.

Begitulah Desember kali ini berkisah. Ia datang diawali dengan kehangatan di malam yang lelah saat saya dan kawan-kawan fakultas mengerjakan dekorasi Natal untuk fakultas kami. Melewatkan pergantian senja menuju pagi kala itu tanpa memejamkan mata kami hanya untuk menyelesaikan pohon natal yang ajaib dengan dekorasi-dekorasi lain. Sebuah malam yang manis, saat kami saling bercerita, bercanda, serta membayangkan dengan penuh rasa sentimentil jika suatu saat nanti kami telah berpisah dan sibuk dengan kehidupan kami masing-masing, mempertanyakan akankah kami mengingat malam itu sebagai malam yang hangat, sehangat lantunan saxophone Kenny G dengan tembang semacam Have Yourself A Merry Little Christmas. Ia juga adalah sebuah malam yang bagi saya cukup menguras hati, pikiran dan tenaga. Bagaimana tidak. Di sanalah saya, saat kawan-kawan yang lain tengah mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti tes sebuah mata kuliah esok hari yang dengan santai saya abaikan. Di sanalah saat saya mesti menahan lelah dan kantuk untuk sesuatu yang kami sebut dedikasi. Di sana pula saya, saat menerima kabar pilu tentang seorang saudara yang anaknya harus dioperasi karena kedapatan tumor di langit-langit mulutnya. Saya serasa menjadi manusia linglung selama beberapa menit. Hanya bisa mondar-mandir dan duduk lemas di sebelah kawan saya, Mario. Namun tetap saja, malam itu menjadi malam yang sangat manis untuk kisah kebersamaan dengan beberapa kawan. Saya dan Mario pun sepakat bahwa kami berdua akan dengan segera merindukan kenangan malam itu. Dan benarlah, kami telah merindukannya!

Desember juga berlanjut dengan keceriaan seorang kawan dengan cerita-ceritanya yang menggelora. Gadis dengan senyum yang selebar langkah kakinya yang penuh semangat, gadis yang memang benar-benar bahagia sesuai namanya. Anak ini ada bersama saya saat melakukan pendakian ke gunung Ungaran di awal-awal minggu bulan Desember yang basah itu. Keriangan dan kecenderungannya untuk selalu kagum pada hal-hal yang ia temukan dan dengan penuh takjub selalu bisa membuat saya merasa bangga dapat mengenalkan petualangan ini padanya. Ia begitu mengagumi banyak hal di sekeliling kami. Dan saya dengan senang hati akan menceritakan hal-hal yang ia ingin ketahui tentang petualangan kami itu. Anak yang manis, yang suka menunjukkan perhatiannya pada hal-hal kecil di sekelilingnya, seperti saat ia menjumpai serangga-serangga hutan dan hal-hal lain yang kadang membuat saya geli. Ia ada bersama saya saat menjadi saksi tenggelamnya matahari di sebuah senja yang jingga di puncak gunung Ungaran. Di temani secangkir susu dan awan yang menggumpal di sekeliling kami, anak ini tampak begitu bahagia dengan senyumnya yang selalu saja bisa membuat saya ikut tersenyum. Kami melewati malam kami di gunung itu dengan banyak sekali bahan obrolan juga tembang-tembang yang manis semacam Lucky Man dari Mocca hingga Paradise dari Coldplay yang akan saya ingat hingga detik ini.

Dan di antara jutaan hingar dan kisah yang disajikan, seperti yang lainnya, Desember pun akan segera berakhir. Ya, ia harus berakhir. Demikian juga tahun yang indah ini. Ia pergi meninggalkan milyaran cerita yang akan sangat saya ingat. Dua belas bulan yang begitu hebat, yang sedikit banyak telah berefek dan mengubah beberapa manusia menjadi pribadi yang tampak agak sedikit berbeda. Begitu banyak cerita dari mulai cerita picisan hingga cerita serius yang cukup elegan untuk dikenang, yang senantiasa berjalan bersama menemani langkah-langkah saya dan yang dengan sendirinya memberi banyak sekali hal baik. Tentang kedekatan saya dengan banyak sekali kawan, yang baru maupun lama. Kawan yang saya jumpai di kehidupan nyata hingga tokoh-tokoh cerita di lembaran kertas yang saya baca. Ada pula kisah tentang petualangan bersama beberapa kawan. Dari petualangan saat gagal mendirikan tenda di Gunung Api Purba yang akhirnya menyebabkan kami terdampar di pantai Drini, hingga saat berbasah-basahan melawan arus sungai Kalipancur. Tentang derap suara hentakan kaki saat melompat-lompat menikmati tembang-tembang Navicula dan Behemoth, hingga lagu-lagu manis dari Mocca. Juga tentang obrolan di gunung Andong bersama Bagas dan Daniel, hingga malam-malam yang hebat di gunung Semeru yang tak bakal saya lupakan begitu saja. 

Begitulah, sementara Desember memang benar menabur gerimis, dan sementara pula sapu tangan  menyeka tangis dengan banyak sekali cerita pilu, ada banyak kisah yang hingar hingga sentimentil terjadi beriringan menghiasi bulan ini atau bahkan tahun ini. Dan seperti yang seharusnya, semua yang telah kita lewati, bukan hanya sekedar untuk dirayakan, akan tetapi juga untuk disyukuri.

Selamat menanti Tahun baru kawan, bersiaplah untuk hal-hal baik yang ia bawa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar