Sabtu, April 28, 2012

KIDS OF RAIN


Tiba-tiba saya ingin menulis tentang hujan. Ya, karena di luar sedang hujan dan akhir-akhir ini hujan telah benar-benar mewarnai hari-hari kita..

Apa yang sering kita pikirkan saat hujan? Apa yang kita lakukan saat hujan datang? Hujan menjadi sebuah momen yang sangat penting, karena kita semua pasti pernah terlibat dalam hujan. Bagi beberapa orang, hujan kadang menjadi kendala untuk beraktivitas. Ketika berangkat ke tempat kerja atau ke sekolah, hujan menjadi sangat tidak menyenangkan, walaupun bagi beberapa orang hal itu menjadi alasan yang tepat untuk bermalas-malasan di rumah.

Yang lain memilih mendekam di kamar dalam balutan selimut yang hangat dan nyaman. Namun bagi sebagian orang, hujan menjadi saat-saat yang melankolis. Hujan yang sering mengingatkan kita akan hal-hal kecil di luar sana. Hujan membuat sepasang muda mudi terdampar di sebuah halte. Hujan yang membuat seorang pemuda dari kota Salatiga yang menuntut ilmu di Pontianak ingat akan kekasih hati dan keluarganya di Tanah Jawa.

Saya pun kadang mengalami hal-hal yang terlampau melankolis untuk ukuran saya. Di temani secangkir kopi hitam favorit saya, sebuah buku dan pastinya sayup-sayup alunan musik yang lembut. Ya, karena saya sering terlibat dalam hujan, saya sering berada pada saat-saat yang menyenangkan di tengah hujan, dan saya suka berhujan-hujan. Dan seperti biasanya, saya pun ingat akan kawan-kawan saya dulu. Betapa kami sangat sering melakukan hal-hal aneh di waktu hujan. Tetes demi tetes air yang turun menjadi sangat berarti bagi kami di kemudian hari. Hujan menjadi alasan paling signifikan untuk pulang sekolah lebih sore. Hujan yang mengurung beberapa orang remaja di kelasnya yang membuat mereka tenggelam dalam obrolan yang lebih bermutu dari tahun-tahun mereka bersama. Juga yang membuat latihan drama di kelas saat itu menjadi sangat menyenangkan dan kadang saya rindu saat-saat tersebut. Hujan juga yang menyebabkan beberapa orang terdampar di depan bangsal olahraga. Dan hujan pula lah yang menjadikan sesi foto-foto untuk buku almamater lumayan mengesankan.
Kids of Rain

Saya pun kadang cukup senang ketika harus berhujan-hujan. Saat bersepeda bersama beberapa teman kamipun terguyur hujan yang cukup deras dan membuat suasana menjadi cukup seru.
Ketika saya menemani pendakian perdana kawan-kawan saya ke gunung Merbabu, kami terjebak hujan deras dan harus menginap semalaman di Pos bayangan 2 Tekelan -saya akui itu adalah saat-saat yang manis, ketika hujan reda kami berbaring di bawah langit dengan taburan bintang dan berulang kali mendengarkan lagu Heal the World-nya Michael Jackson dari radio saya-.
Namun yang lebih parah adalah ketika saya bersama teman-teman saya yang hebat, beberapa remaja 18 tahun yang dengan polosnya seperti anak-anak kecil bermain hujan sampai sore hari sewaktu pulang sekolah. Dan sepertinya itu adalah kali terakhir bagi saya untuk bermain-main di tengah hujan karena sekarang tidak ada lagi manusia-manusia aneh yang akan mengajak saya bermain hujan. Saya akan merindukan hal-hal tersebut.

Saya rasa masih banyak sekali kisah-kisah tentang hujan. Dan setiap orang memiliki kisahnya sendiri-sendiri. Di antara bau tanahnya, di antara suara rintik-rintiknya, dan di antara akibatnya yang sering membuat beberapa kota di Indonesia banjir, hujan memberi sentuhannya sendiri kepada setiap kita. Dan oleh hujanlah kita di ingatkan akan hal-hal kecil di sekitar kita.


Selasa, Januari 03, 2012

I THINK THIS IS A NEW YEAR

Photo from www.google.com
 
Tahun baru bagi saya bukanlah sesuatu sangat yang spesial. Di saat kebanyakan orang akan mendengung-dengungkan ucapan selamat tahun baru di sepanjang jalan dan menyambutnya dengan penuh euforia, saya lebih suka duduk di teras rumah sambil membaca buku Che Guevara dan mendengarkan lagu John Frusciante atau Eddie Vedder.

Bukan karena tidak ada teman untuk menikmati dan menyambut moment ini, malah sebenarnya cukup banyak ajakan untuk sekedar menghabiskan malam bersama-sama. Bukan pula karena saya seorang lajang yang dengan alasan tidak jelas terpaksa menyambut kedatangan tahun yang baru dengan biasa-biasa saja. Saya lebih bukan orang seperti itu!

"Bukan sesuatu yang spesial" bukan berarti saya membencinya. Hanya saja saya bukanlah orang yang senang menyambut datanganya tahun baru dengan penuh semangat yang menggebu dan antusias tinggi. Dari sekian kemeriahan tahun baru bagi saya hanyalah warna langitnya yang berubah di kala penghujung tahun oleh kembang api yang memenuhi angkasa. Karena bagi saya tahun baru bukanlah sesuatu yang terlampau istimewa. Hal biasa yang akan kita lewati lagi di akhir tahun dan demikian seterusnya. Itu adalah sebuah kondisi di mana beberapa orang mendapat liburan dan cuti kerja, situasi di mana kita akan menempelkan kalender yang baru di dinding yang cat-nya mulai memudar, dan lebih dari semua itu, kita pun semakin menua..

Sepanjang ingatan tentang tahun-tahun yang saya lalui, hanya sekali saya pernah menyambut tahun baru di luar sana, di antara hingar bingar dan euforia banyak orang. Di tengah kemeriahan yang tidak berdampak apa-apa bagi saya di tahun selanjutnya. Dan saya sendiri pun tidak begitu menikmati semua itu. Sementara di waktu yang lain, saya akan berada di gereja untuk beribadah dalam kondisi yang kontras dengan dunia di luar sana. Memanjatkan doa dan ucapan syukur atas tahun yang telah berlalu dan mempersiapkan diri untuk tahun yang akan datang.

Atau di lain waktu pula saya hanya akan berakhir bersama pikiran saya sendiri. Saat anda saling mengucapkan selamat tahun baru kepada orang-orang terkasih, saya akan tetap tenang duduk menikmati teh manis sambil membaca buku. Ketika kembang api dinyalakan, saya akan keluar sambil memandang ke atas sebentar melihat gemerlapan berwarna-warni di langit. Atau ketika suara-suara terompet bergema di jalan-jalan, saya tidak akan mendengarnya karena sudah tertidur pulas...

Namun biar bagaimanapun tahun baru adalah saat-saat yang baik. Ia memiliki warna-warna tersendiri bagi setiap orang. Dan saya akan selalu suka melihat ke langit yang bertabur kebahagiaan berjuta-juta manusia.

Selamat Tahun Baru

Minggu, Desember 25, 2011

Another December


" Once again as in olden days,
   Happy golden days of yore,
   Faithful friends who are dear to us
   will be near to us once more.."

               - Have Yourself a Merry Little Christmas

Ya. Desember, adalah bulan yang spesial bagi beberapa orang. Bulan di mana gereja-gereja mulai dihiasi dengan pernak-pernik dan hiasan ke-khas-an natal, bulan di mana panggung-panggung hiburan mulai dipersiapkan untuk memeriahkan penutupan tahun, saat terompet dan kembang api menjadi dagangan yang laris.

waktu yang indah bagi pasangan muda-mudi yang sedang dilanda asmara, waktu yang tepat untuk beberapa orang mengenang hari-hari yang telah berlalu dan menyiapkan resolusi-resolusi untuk tahun yang akan datang. Bulan yang ramah, bulan yang ceria, bulan yang penuh senyuman.
Dan bagi saya sendiri, ini adalah saat-saat ucapan selamat natal dari teman-teman dan sanak famili saling bergantian, bulan yang akan banyak makanan dan juga banyak tamu pastinya.

Namun di antara meriahnya Desember kali ini ada sesuatu yang membuat suasana jadi agak melankolis. Teringat rekan-rekan SMA dulu. Kami pernah melewati hari-hari seperti ini bersama. Para mamalia pemakan jambu dan dondong. Anak-anak jenius yang lebih suka berdiskusi tentang Socrates, Adolf Hitler, atau bahkan Mahatma Gandhi daripada membahas soal-soal Ujian Nasional. Kami pernah melewati malam natal bersama, bermain kartu, mengobrol kesana-kemari, ditemani cahaya bulan di sebuah sudut bangunan sekolah kami yang semakin hari semakin terlihat megah.
Dan kini masing-masing dari kami telah mengambil jalan yang baik bagi kami, jalan yang akan menjadikan kami sebagai orang-orang hebat.


Selamat Natal kawan-kawan...


Sabtu, November 26, 2011

MINUTES TO REMEMBER

Tidak dapat disangkal bahwa kita di saat-saat tertentu akan mengingat hal-hal yang sudah lama berlalu. Dan pada saat ini, enam bulan sejak terakhir kali saya menjadi seorang siswa SMAN 3 Salatiga, dan beberapa bulan setelah saya menyatakan diri sebagai pengangguran, saya berada tepat di saat-saat itu. Ketika duduk bersantai menikmati sore hari di teras rumah, atau sekadar berjalan-jalan tak tentu arah di sebuah hari yang cerah.

Tulisan saya kali inipun merupakan sebuah reaksi dari sms seorang kawan tentang masa-masa yang kami lewati bersama. Jalan-jalan yang pernah kami lalui ketika pelajaran olahraga dulu, yang kini tampak lebih bersih. Tentang segerombolan remaja aneh dan sok-sokan yang pernah mendapat juara 3 lomba paduan suara antar kelas. Ya, dan di dalam gerombolan itu ada saya.

Di antara banyak sekali kisah dan kenangan. Dari hal yang menyenangkan hingga memuakkan serta membuat sakit perut, ada beberapa yang ingin saya tuliskan.
Seseorang pernah mengatakan bahwa saya memiliki fase yang kontras dalam pergaulan di masa SMA dulu, dan saya menyadari hal itu. Pada waktu duduk di kelas 10 misalnya, saya menjadi bagian dari remaja-remaja sok keren dan agak nakal yang senang berjalan bergerombol layaknya sebuah genk setiap kali ke kantin. Anak-anak yang bajunya selalu dikeluarkan dan suka nongkrong di depan sekolah setiap jam pelajaran selesai. Dan anak-anak yang suka bolos ekstrakuriluler pramuka. 
Yang saya tak habis pikir adalah ketika mendapat predikat buruk dari para guru, ekspresi yang kami tunjukkan adalah sebuah kebanggaan...Yah, masa-masa itu...
Dan ketika saya menginjak kelas 11 hingga 12, hal-hal menjadi berbeda. Saya terdampar di kelas IPA, di dalam sebuah kelas berpopulasi 40 jiwa yang di dalamnya hanya ada 7 orang laki-laki. Pada awalnya saya masih menjadi seorang yang berdiri di dua fase, orde lama dan orde baru. Namun lambat laun semuanya pun berubah. 

Kelas IPA yang satu ini agak berbeda memang. Mereka bukanlah anak-anak kutu buku, tapi mereka cerdas -kecuali saya. Mereka adalah orang-orang biasa yang selalu membuat hal-hal menjadi luar biasa. Dan dari sini saya mulai mengenal hal-hal yang aneh dan menjadi cukup aneh. Dari sini pula, di akhir tahun masa SMA itu saya mulai mengenal dekat dengan beberapa manusia yang lebih aneh. Hingga saat ini kami masih sering bertemu, walaupun kami telah hidup di dunia kami yang baru, kami masih suka bermain bersama, main kartu, naik gunung dan melakukan banyak hal..
Bersama mereka, sebuah sudut sekolah yang kusam menjadi beberapa potong kenangan yang menarik. Di antara tembok-tembok yang memudar warnanya, ada tawa lepas kami. Ada banyak cerita dari pohon-pohon yang tumbuh di lingkungan sekolah kami. Ketika di sisi lain kota Salatiga remaja seusia kami menghabiskan hari-harinya bersama pasangan mereka, ada sekelompok anak remaja di usia yang sama yang menghabiskan harinya di sebuah sudut sekolah dan hanya duduk mengobrol, bermain kartu, bermain monopoli, membaca buku dan bermimpi tentang petualangan mereka atau sekedar melakukan hal-hal yang tidak berguna lainnya. Anak-anak hujan. Para pemakan jambu dan kedondong. Orang-orang yang senang membuat jalannya sendiri.

Yah kawan, saya jadi agak enggan untuk mendengarkan Rage Against The Machine atau Motor Head dan menghentak-hentakkan kepala. Di saat-saat seperti ini saya menjadi orang yang cukup melankolis dan alunan lembut Kenny G terasa lebih tepat untuk menikmati kenangan masa-masa itu. Walaupun di dalam setiap kenangan dan setiap hal-hal yang baik terselip kekecewaan dan penyesalan. Namun bagaimanapun, masa lalu adalah bagian dari masa depan setiap orang dan tidak semua hal baik yang terjadi saat ini berawal dari hal indah dan sempurna..