Kamis, Mei 24, 2012

The Marvelous Trip, Lawu

Biarkan anjing menggonggong, dan kami tetap sampai ke puncak Lawu, Hargo Dumilah..Yeah!!!

Tepat pukul 5 sore, 18 Mei 2012 akhirnya setelah berjuang dengan sangat lambat dan  menyebalkan kami bertujuh sampai di puncak Gunung Lawu. Disambut dengan mendung yang sangat tebal sehingga kami tak jadi menikmati sunset. Tapi biar bagaimanapun ini adalah pendakian terhebat saya, sekaligus pendakian perdana yang super hebat bagi kawan saya(bersyukurlah kau Bogenx Prakoso.!!!). Dan saya yakin ia akan ketagihan untuk pendakian-pendakian selanjutnya. Bagaimana tidak, keberangkatan kami dari Basecamp Cemoro Sewu pukul 8 pagi diawali juga dengan luar biasa. Untuk pertama kalinya saya menumpang mobil saat sudah memasuki jalur pendakian dan untuk pertama kalinya pula saya menumpang mobil polisi!




Bapak-bapak Polisi yang bersahaja ini rupanya menjemput atasan mereka yang hari itu turun dari pendakian Gunung Lawu.

Di tengah perjalanan kamipun berjumpa dengan berbagai macam jenis manusia. Trio Gokil dari Semarang yang dengan amat sangat santainya menikmati pendakian mereka. Seorang pria dari Jakarta bersama pasangan bule-nya yang luar biasa hebat. Dan tentunya kawan perjalanan kami dari Jogja, Marthin dan kawan-kawan.

Fellow Traveler



Ada kesan tersendiri ketika kami berjumpa dengan mereka. Dari saat kami menumpang mobil polisi hingga turun lagi ke Basecamp esok hari. Vivian, seorang bule Aussie dan teman-teman mahasiswanya dari kota Jogja, dan tentunya si Marthin, metalhead berbadan besar berwajah sangar yang dengan susah payah dan terengah-engah meniti jalan sedikit demi sedikit menyusul teman-temannya yang selalu mendahului dirinya. Hah, kasihan sekali dia...

Hampir sembilan jam pendakian kami. Pendakian yang sangat santai. Dari keberangkatan yang dengan amat menyenangkan menumpang mobil polisi sampai di Pos bayangan, saat kami beristirahat di Pos 2 untuk makan siang, perjumpaan kami dengan sesama pendaki dan entah sudah berapa ratus ucapan sapaan yang kami lontarkan kepada para pendaki yang kami jumpai di jalan, baik mereka yang turun maupun naik, dan lebih dari itu semua, saat kami bertujuh duduk melepas lelah di tengah perjalanan secara tidak sadar saya terlelap oleh alunan Dream Theater dari mp3 si Marthin.... Yah, karena teriknya matahari kala itu, dan rasa lelah yang kami alami sepertinya menjadi kombinasi yang tepat untuk tidur siang!

Dan setelah sembilan jam yang kami lalui, tibalah kami di Sendang Drajat. Di sini terdapat mata air, dan juga sebuah warung yang memang sengaja didirikan untuk menyediakan makanan bagi para pendaki dan peziarah. Ada kesan mistis yang melingkupi tempat itu. Lawu memang dikenal dengan Gunung yang penuh misteri. Dan di antara ke-mistis-annya itu, di antara bangunannya, di antara bau harum dupa, saya melihat... bapak-bapak sedang membuat sate kambing... Sial!!

Di sini, setelah lama beristirahat dan mengisi penuh botol air, akhirnya kami berpisah dengan rombongan Marthin dkk. Mereka akan bermalam di Hargo Dalem, sedangkan kami akan langsung ke puncak.
Tepat sebelum puncak terdapat sebuah gubuk dari seng yang kelihatan masih baru. Kami membersihkan batu dan sampah yang berserakan dan kemudian mendirikan satu tenda kami di dalam gubuk tersebut sebelum akhirnya hujan deras tak terelakan lagi. Dan kami selamat dari hujan deras itu. Di tengah lebatnya hujan dan berisik suara airnya kami membuat nasi goreng, kopi dan susu jahe panas, bermain kartu, berbicara ke sana ke mari, mendengarkan musik, dan terlelap di tengah hangat dan nyamannya(saya rasa terlalu nyaman) sleeping bag kami sampai pagi.

Saat pagi menjelang, kami terbangun. Menunggu dengan setia munculnya matahari terbit dari ufuk timur ditemani segelas jahe yang menghangatkan badan. Setelah matahari mulai meninggi, kami bergegas untuk berkemas dan menuju puncak sebelum kemudian kami turun.

Sunrise



Kami turun dengan rasa bangga, puas, dan keceriaan di tengah rasa lelah dan letih. Dan sepanjang jalan kami pulang ke rumah, sepanjang jalan Tawangmangu - Solo, matahari terbenam serasa menemani kami.
Pendakian ini memang sangat spesial, disodorkan pemandangan yang luar biasa, berjumpa dengan orang-orang baik, makanan dan minuman yang sehat dan melimpah, dan tentunya tidur malam yang hangat, puas dan nyaman.... Sekali lagi bersyukurlah kau Bogenx Prakoso!

Hargo Dumilah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar