Rabu, November 05, 2014

Secangkir Mocca Manis Di Ujung Pekan Tanpa Gerimis


Ujung pekan selalu menyisakan rasa lelah yang manis. Juga sebuah perasaan yang muncul di sela-sela rasa pegal dan letih sehabis berlibur atau melakukan aktivitas mengisi hari-hari yang penuh semangat. Ia adalah malam di mana berbaring dan menonton televisi atau mendengarkan lagu-lagu pilihan di playlist kita menjadi pelampiasan terbaik sebelum esok pagi yang sekali lagi hingar dan gaduh datang menghampiri kita.
Ia selalu menjadi malam yang memanjakan diri kita dengan hal-hal yang terkadang cukup sederhana. Dan dari itu semua, pada saatnya akan bermunculan perasaan rindu yang ringan tentang hal-hal yang baru saja terjadi, sebuah perasaan nelangsa karena menyadari bahwa apa yang kita lakukan di akhir pekan itu harus berakhir. Apalagi jika gerimis datang menemaninya. Ia akan menjadi waktu yang sempurna untuk berdiam. Berpikir tentang apa saja, atau meringkuk di ranjang yang begitu empuk.


Namun tak selamanya ujung pekan menjadi malam istirahat yang damai. Ia tak terus menjadi malam bermelankoli yang terasa sangat menggemaskan. Ada kalanya ketika ia menjadi malam penuh semangat yang berapi-api penuh tawa riang. Malam saat bulan tampak enggan berganti posisi dengan sang surya, malam saat kebersamaan dengan kawan-kawanmu terasa begitu kuat dan hangat. Dan begitulah ujung pekan yang lalu saya habiskan bersama Ambar, kawan saya. Kami menghabiskan minggu malam kami jauh di Jogjakarta diiringi tembang-tembang yang manis dan separuh bulan yang menggantung berselimut awan tipis. Satu catatan tentang kawan perjalanan saya kali ini ialah, ia termasuk kawan baru bagi saya. Kami mengenal satu sama lain melalui Puput, kawan kami berdua, juga pada waktu malam di puncak Andong beberapa bulan yang lalu. Selain itu, Ambar ini adalah anak yang tak begitu jauh berbeda dengan beberapa kawan saya. Ia adalah gadis dengan hal-hal ganjil yang meliputi keceriaannya yang akan membuat saya merasa geli. Anak yang menyenangkan, yang akan sering mengejek saya dalam banyak sekali hal!

Di sanalah kami menikmati Mocca yang begitu manis, juga Arina, sang vokalis yang malam itu tampak begitu anggun dan tak kalah manisnya. Ada rasa yang begitu senang pada akhirnya, setelah beberapa bulan lalu melewatkan Pandai Besi di Lokananta, juga Endah N' Rhesa di Semarang, karena terkalahkan oleh pendakian gunung ke Mahameru, akhirnya saya bisa menyempatkan waktu menyaksikan Mocca bermain di Jogjakarta. Meski untuk hal ini saya dan juga Ambar harus berkorban. Ya, ia harus hadir di sekolah tempatnya PPL esok harinya, dan saya juga harus mengikuti tes semantic juga esok paginya. Namun sudahlah, kami tetap bersemangat, seolah tak ada beban menikmati suguhan berkualitas yang telah lama kami tunggu menggetarkan hati kami masing-masing. 

Mocca yang hadir malam itu tak hanya menjadi sajian yang sambil lalu kami perhatikan. Mereka datang dan bernyanyi membawa kami ikut bernyanyi atau bersenandung. Mereka mengantarkan ingatan kami kepada hal-hal tertentu, dan ia mengiringi obrolan juga keceriaan-keceriaan kami. Dan malam itu kami juga ditemani oleh sepasang kawan, yaitu Gabug, kawan saya yang elegan itu, serta kawan perempuannya, Vava. Mereka adalah tuan rumah kami, yang menemani kami berkeliling dan membawa kami bersama cerita-cerita mereka sampai penghujung malam itu. Kawan kami ini memang begitu baik, mereka bahkan tampak begitu antusias menemani kami. Saya juga sempat melihat keceriaan mereka berdua saat Mocca tengah memainkan tembang-tembangnya. Saat si pria ikut bernyanyi sesuai tembang yang dibawakan Arina dan kawan-kawannya di panggung, di mana ia terus saja menggoda dan bercanda dengan gadis yang bersamanya malam itu. Dan si gadis menanggapinya dengan senyum setengah tertawa geli dan juga tepuk tangan memuji kegigihan si pria yang berusaha mencari perhatiannya. Ah, mereka berdua ini sungguh manis. Saya hanya bisa tertawa geli melihat hal itu. Keceriaan yang dibawa oleh Mocca malam itu tak hanya menulari kedua kawan saya, ia juga datang kepada saya dan Ambar malam itu. Kami bercerita dan berkomentar tentang hal-hal yang sempat kami alami selama perjalanan atau selama pertunjukan itu berlangsung, kami berkomentar tentang lagu-lagu yang dibawakan, seperti ketika ia mengejek saat lagu "Secret Admirer" dibawakan, juga tertawa-tawa karena hal-hal sepele, seperti saat ia tak sengaja menendang kepala seorang wanita yang duduk di tempat duduk yang lebih rendah. Dan masih seperti biasa, ejekan-ejekan dalam beberapa hal selalu saja ia lontarkan. Saya hanya akan membalas dengan membandingkan keanggunan Arina dengan dirinya, di mana mesti berakhir dengan pembalasan fisik yang kurang menguntungkan bagi saya. Ah, dasar!

Namun, di sela-sela keceriaan kami itu, ada pula saat saya merasa begitu emosional mendengar Arina dengan nada tingginya menyanyikan lagunya Bjork, "Hyper Ballad." Suasana magis yang mereka ciptakan begitu terasa lewat tembang itu. Isi lagu ini sebenarnya sangat sederhana, namun musikalitasnya begitu terdengar ajaib, yang akan membuat siapapun yang mendengarnya akan termenung-menung seorang diri. Bahkan hingga kini, lagu tersebut masih saja terus terngiang saat saya menikmati suasana pagi yang buta seorang diri, atau menembus gelap malam jalanan saat bepergian.

Yah, begitulah ujung pekan kami habiskan. Bersama nyanyian yang merdu, juga obrolan yang menggelikan, kami sangat menikmati waktu-waktu yang ada. Sesekali kami ikut bernyanyi, sesekali Ambar mengejek melalui lagu yang dinyanyikan oleh Arina, sesekali juga kami bercerita tentang segala hal yang begitu saja ingin kami ceritakan. Dan yang membuat saya lebih lagi bahagia malam itu adalah ketika mereka membawakan "I Will" dari The Beatles. Keren sekali. Saya bahkan tak henti-hentinya menyanyikan lagu itu selama beberapa jam perjalanan Jogjakarta hingga Salatiga. Ditemani udara sejuk pagi hari itu, bersama lelah dan mengantuk yang tak lagi terasa membebani, juga matahari terbit yang tampak seperti kuning telur di ufuk timur, dan bersama Ambar yang selalu saling mengejek tentang kecerdasan spasial kami masing-masing. Begitulah ujung pekan itu kami lewati. Bersama teman-teman yang baik, Mocca yang manis, lagu-lagu yang indah, juga waktu-waktu yang menyenangkan, yang nantinya akan membawa suasana rindu ketika menceburkan diri ke dalam rutinitas kami masing-masing kembali. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar