Senin, Oktober 06, 2014

Mendadak Mahameru 3 : Men Behind The Backpacks






Alangkah baiknya jika saya perkenalkan lima pria power ranger yang gagah-gagah ini dalam petualangan Mahameru  kala itu. Atau sebaiknya empat saja, yaitu kawan-kawan saya yang dengan sangat menyebalkan menelantarkan saya di terminal Tirtonadai sebelum keberangkatan kami. Saya hanya tak bisa menahan diri ingin menceritakan tentang mereka. Kawan-kawan yang hebat dalam petualangan yang tak kalah hebat.



Satu-satunya Foto Bersama di Puncak Mahameru


Yang pertama ialah Andri. Dia adalah orang yang paling bertanggung jawab atas keikutsertaan saya di rombongan ini. Betapa tidak, sehari sebelumnya di hari Jumat, saya tengah tidur bermalas-malasan di kantor organisasi, dan ketika ia masuk seusai kuliah ia dengan ringan mengajak saya ikut serta. Sebenarnya, sudah beberapa kali ia mengajak saya sebelumnya. Bahkan ajakannya itu datang juga 1 bulan sebelumnya, dan saya tolak dengan gampang. Namun kali itu, kata-katanya yang ringan tiba-tiba menggoyahkan saya, yang akhirnya saya setujui untuk ikut. Andri ini mungkin adalah tipikal manusia yang paling eksis dan sok keren di antara kami. Biarpun ia memang tampak keren dengan seluruh perlengkapan pendakiannya. Dan terkadang ia menjadi orang yang menyebalkan karena melakukan hal-hal tertentu seorang diri yang membuat masing-masing dari kita seperti merasa bersalah ketika kita mengetahuinya. Begitulah, ia adalah anak paling tempramental di antara kami. Namun ia sangat baik sebenarnya dengan kawan-kawannya dan juga paling mudah bergaul dengan pendaki lain.




Wisnu, atau yang kami sebut Morte. Entah bagaimana nama itu melekat padanya. Dia adalah anak yang paling antusias dengan perjalanan ini. Dan sedikit banyak saya menduga bahwa ia agaknya terpengaruh oleh film konyol itu. Betapa tidak, ia jarang sekali naik gunung di sekitaran sini. Bukan karena tidak adanya kawan saya kira, sebab telah berualang kali kami mengajak ia ikut serta dalam pendakian-pendakian kami namun ia selalu saja beralasan dan tidak mau ikut. Namun kali ini, dengan destinasi yang sangat populer, ia sangat berapi-api menjalani setiap detik yang kami lalui. Bahkan ia sampai membeli peralatan pendakian yang baru, seperti sepatu gunung dan lain-lainnya untuk pendakian ini.
Morte, kawan saya ini secara fisik adalah anak paling kecil di antara kami. Oleh sebab itulah mungkin ia memanfaatkannya sebagai alasan membawa barang-barang yang tidak begitu banyak. Dan kawan-kawan saya yang lain hanya akan senantiasa mengejek ia, tentang betapa ringan tas punggungnya itu.




Mas Gilang. Ranger tertua di antara kami. Dan dia lebih mirip seorang penasehat ketika kami sedang bermasalah. Dia ini menurut saya adalah orang paling santai sedunia. Bagaimana tidak, di kehidupan nyata sehari-hari, ia adalah manusia yang akan menggunakan waktu hari-harinya untuk berhibernasi atau kegiatan jasmaniah lainnya dengan sangat santai dan peduli setan dengan apa yang sedang terjadi. Bayangkan, andaikata kau dan dia kuliah di dalam kelas yang sama pada jam 9 pagi, dan kau dengan sangat terburu-buru datang ke kostnya untuk berangkat bersama 30 menit sebelum kelas dimulai, ia masih akan terbaring nyaman di kasurnya. Dan kalaupun kau mampu membangunkannya, ia takkan serta merta bersiap-siap pergi kuliah. Ia akan pelan-pelan melaksanakan beberapa prosedur. Kamar mandi - teh - rokok barulah jikalau kau beruntung kalian akan berangkat ke kampus. Dialah pula yang juga sempat membuat saya jengkel, ketilka setibanya saya di terminal Tirtonadi jam 10 pagi sesuai kesepakatan bersama, saat saya menanyai keberadaannya ia menjawab dengan santai bahwa ia sedang menikmati sarapan di Salatiga. Nikmat sekali bukan?



Yang terakhir adalah Gabug, kawan kami dari Kehutanan, UGM Jogjakarta, mungkin anak paling 'gaul' di antara kami. Dia adalah motor dari pendakian ini yang mana ide pendakian ke Mahameru datang dari dia. Dia pula yang sangat antusias ingin membuat video dokumenter tentang pendakian kami atau katakanlah video perjalanan. Gabug ini adalah tipe orang yang dengan sabar akan kau tunggu ketika ia melakukan apapun. Ia seperti memiliki sifat elegan bawaan sejak lahirnya sehingga kita tak bakal sanggup membuat ia terburu-buru melakukan sesuatu. Agak sedikit mirip namun juga berbeda dengan Mas Gilang. Hanya saja terkadang ia agak mudah khawatir dan mudah kecewa dengan hal-hal kecil. Dan saya kira banyak sekali keputusan-keputusan yang kami ambil saat itu karena dia bercampur tangan. Bukan apa-apa sebenarnya, tapi sejujurnya itu terjadi karena ia adalah orang yang paling siap dengan pendakian ini. Ia telah lebih dahulu mencari informasi perjalanan, ekspektasi pengeluaran dan masih banyak hal yang lain. Berbeda sekali dengan saya yang bahkan sebenarnya tak berniat ke Mahameru.


Itulah tadi anak-anak dalam pendakian Mahameru kala itu. Kawan-kawan saya yang hebat yang telah menyegarkan otak dan pikiran selam kurang lebih 1 minggu itu. Saya benar-benar berterimakasih untuk semua hal. Terimakasih kepada mereka dan juga terimakasih atas kebersamaan dengan mereka yang sangat luar biasa.
Selain kawan-kawan saya itu, ada juga beberapa kawan perjalanan yang kami jumpai. Kholik, kawan kami yang unik dan ajaib karena ia baru sekali itu mendaki gunung dan mengalahkan kami sampai ke puncak. Ia datang dan pergi tanpa kami ketahui bergabung dengan siapapun yang ia temui. Ada juga kawan-kawan kami yang nyentrik dari Bali yang tengah gencar berpartisi pada gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Kemudian ada juga Arong, dan kedua kawan perempuannya. Mereka datang dari Filipina dan baru pertama kali mendaki gunung di Indonesia. Mereka ini tengah gencar melaksanakan aksi LNT(Leave No Trace) untuk mengajak para pendaki gunung tidak meninggalkan sampah mereka di gunung. Keren sekali!

Dan begitulah kawan-kawan perjalanan yang sangat hebat. Juga orang-orang yang luar biasa yang kami jumpai di dalam perjalanan kami saat itu. Ada banyak tawa dan cerita yang juga menemani kami, terselip membawa keakraban di antara rasa lelah dan rindu akan rumah.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar